Apa Itu Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer merupakan penyebab menurunnya fungsi mental yang normal.
Alzheimer adalah penyakit otak yang hingga kini masih belum jelas penyebabnya dan tidak bisa disembuhkan. Pada penyakit ini terjadi kerusakan sel – sel otak pada bagian tertentu, sehingga membuat penderitanya mengalami perubahan hantaran saraf ( kemungkinan karena kekurangan zat penghantar rangsang saraf ). Kerja saraf menjadi kacau, serta didapatkan tumpukan protein ( plak ) di otak. Bagian otak yang bertanggung jawab terhadap memori dan respons emosional terganggu. Diperkirakan penyakit Alzheimer ini ada kaitannya dengan susunan genetik, atau karena faktor radikal bebas ( molekul oksigen yang berdaya rusak tinggi ) yang terdapat dalam polusi udara, pestisida berbahaya yang terkontaminasi masuk ke dalam tubuh kita.
Gejala penyakit alzheimer awalnya sangat halus, misalnya saja lupa pada hal – hal mendetail tentang suatu hal ( terutama peristiwa yang baru saja terjadi ), atau bertanya dan bertanya lagi hal – hal yang sudah dan baru saja dijelaskan. Pada tingkat lebih lanjut, penderita bawaannya mudah curiga atau marah – marah tanpa alasan yang jelas. Pada akhirnya, untuk hal yang sederhana saja seperti mengingat salah seorang cucunya, anaknya atau pasangannya saja pun sudah tidak bisa. Bila sudah melihat gejala awal ini, sebaiknya secepatnya kita melengkapi diri dengan sebanyak mungkin informasi mengenai hal ini dan susunlah rencana masa depan untuk orang yang kita cintai. Keluarga pasien perlu melakukan pendekatan perilaku untuk mengatasi penyebab dari keluhan serta meneliti hubungan penyakit alzheimer yang terjadi dengan pengalaman hidup pasien.
CARA MENGATASI
> Tanpa obat
Hindari situasi yang dapat memicu kecemasan dan stress tingkat tinggi yang dapat berpotensi memperburuk keadaan pasien.
Zat antioksidan yang berguna untuk mengurangi daya rusak radikal bebas mungkin dapat membantu seperti Coenzyme 9-10 dalam dosis 50 mg 2x sehari, Coenzyme adalah salah satu ramuan antioksidan yang dapat dicoba. Ginko biloba yang telah banyak diteliti, bila diberikan beberapa lama, dengan dosis 240 mg/per hari, kemungkinan bisa memperlambat laju penyakit ini bila masih dini.
Perlu adanya strategi terapi non farmakologi untuk menangani perubahan kondisi tubuh dengan melakukan pendekatan perilaku pasien.
Obat Bebas
Obat bebas yang anjurkan mengandung vitamin – vitamin nerotropik ( vitamin B1, B2 dan B12 ) dan vitamin – vitamin antioksidan ( vitamin E, betakaroten, vitamin C ) dapat diberikan di samping makanan yang baik untuk menjaga kondisi kejiwaan dapat membaik.
Obat / Tindakan Dokter
Ada dua jenis obat yang biasa diresepkan dokter untuk perawatan penyakit Alzheimer ini, obat jenis takrin.dan donepenzil. Kedua obat ini bekerja memperbaiki kekurangan zat penghantar rangsang saraf sehingga diharapkan dapat mengurangi hilangnya memori serta berbagai gangguan lain pada penderita. Sangat dianjurkan untuk tetap berkonsultasi dengan dokter anda dalam tata laksana pengobatan penyakit alzheimer.
KESIMPULAN
Penyakit Alzheimer adalah bentuk paling umum dari demensia, sejenis gangguan otak yang menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, seperti daya ingat, pemikiran, dan perilaku. Penyakit ini biasanya berkembang secara perlahan dan memburuk seiring waktu, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya serta orang-orang di sekitarnya.
Penyebab pasti dari Alzheimer belum sepenuhnya diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini. Faktor utama yang dianggap berperan adalah penumpukan dua jenis protein abnormal di otak, yaitu beta-amiloid dan tau.
Beta-amiloid membentuk plak yang mengganggu komunikasi antara sel-sel otak.
Tau membentuk kekusutan (tangles) dalam sel otak yang mengganggu proses metabolisme sel.
Selain faktor-faktor genetik, faktor usia juga menjadi penyebab utama. Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang berusia 65 tahun ke atas, meskipun ada juga kasus yang muncul pada usia lebih muda, yang dikenal dengan early-onset Alzheimer.
Gejala penyakit Alzheimer berkembang secara bertahap, dengan tanda awal yang sering kali tidak terlalu mencolok. Beberapa gejala awal yang umum ditemukan pada penderita Alzheimer meliputi:
Kehilangan Memori: Penderita sering lupa informasi baru dan mengalami kesulitan mengingat peristiwa atau percakapan.
Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan: Kesulitan dalam merencanakan atau menyelesaikan tugas sehari-hari, seperti membayar tagihan atau mengikuti rutinitas tertentu.
Perubahan Kepribadian dan Perilaku: Penderita bisa menjadi lebih mudah marah, cemas, atau tertekan.
Kesulitan dalam Berkomunikasi: Penderita sering kesulitan menemukan kata-kata yang tepat dalam percakapan atau mengulang-ulang kalimat yang sama.
Kehilangan Orientasi: Kesulitan mengenali tempat atau waktu, atau tersesat di tempat yang sudah dikenal.
Seiring berkembangnya penyakit, gejala-gejala ini menjadi lebih parah dan bisa mengganggu kemampuan penderita untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengidap Alzheimer antara lain:
Usia: Usia lebih tua adalah faktor risiko terbesar.
Riwayat Keluarga: Memiliki anggota keluarga yang menderita Alzheimer dapat meningkatkan risiko.
Genetika: Adanya mutasi pada gen tertentu, seperti gen APOE-e4, dapat meningkatkan risiko.
Kondisi Kesehatan Tertentu: Penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan obesitas dapat meningkatkan risiko terkena Alzheimer.
Kurangnya Aktivitas Mental dan Fisik: Gaya hidup yang tidak aktif dapat berperan dalam peningkatan risiko Alzheimer.
Diagnosis Alzheimer dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan medis. Dokter akan menilai gejala klinis, riwayat kesehatan tubuh pasien, serta melakukan tes kognitif untuk menilai ingatan dan fungsi otak lainnya. Dalam beberapa kasus, pencitraan otak seperti CT scan atau MRI dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan fisik pada otak yang terkait dengan Alzheimer. Pemeriksaan genetik juga mungkin dilakukan jika ada riwayat keluarga dengan penyakit ini.
Saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer. Namun, ada obat-obatan yang dapat membantu mengurangi gejala atau memperlambat progresi penyakit. Obat-obat ini bekerja dengan meningkatkan kadar neurotransmiter tertentu yang berperan dalam komunikasi antar sel otak.
Selain obat-obatan, perawatan non-medis juga sangat penting. Pendekatan holistik dengan memberikan dukungan emosional, mengatur lingkungan yang aman, serta membantu pasien menjalani rutinitas harian dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.