Ada banyak istilah dalam hal kesehatan jiwa manusia di dalam bidang psikologis.
- Salah satu faktor penentu kesehatan tubuh jasmani adalah kesehatan jiwa atau kesehatan mental.
Untuk itu maka semua manusia baik yang sekarang masih sehat maupun bagi mereka yang sedang berjuang melawan penyakit di dalam tubuhnya perlu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dan lengkap yang dapat dijadikan sebagai metode dan sarana dalam menciptakan kondisi sehat jiwa raga.
- Namun kita semua juga perlu menyadari bahwa kumpulan pengetahuan dan pengalaman manusia bukanlah satu-satunya ramuan untuk tetap sehat jiwa dan raga. Dalam mengikuti roda kehidupan ini manusia harus memiliki pemahaman akan faktor-faktor dalam hubungan antar pribadi, dalam hal ini hubungan antara masusia itu sendiri dengan TUHAN dan hubungan manusia dengan manusia.
- Hasil – hasil penyelidikan dalam hal kejiwaan dan spiritual menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan mencakup keutuhan pribadi dalam keseluruhan lingkungannya. Tubuh sehat jiwa sehat dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor internal. Faktor internal berasal dari dalam diri pribadi manusia dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar pribadi manusia seperti orang tua, saudara, tetangga, kesatuan hubungan religi yang ada dan dari masyarakat.
Faktor internal dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor pengajaran – pengajaran pemuka agama terkait kehidupan dalam berbagai tema penting, seperti mengenai karakter, relationship, dan kesehatan.
Di dalam faktor psikologis setidaknya ada tujuh faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa raga seperti : tingkat intelegensi, perhatian, minat, talenta, motif atau tujuan, kedewasaan berpikir dan kemampuan mengantisipasi.
Faktor – faktor inilah yang harus diperhatikan oleh setiap manusia agar dapat mengendalikan dan
mengatur hidup sehat jiwa raga secara terarah dan optimal.
Berdasarkan jurnal psikologi pendidikan dan perkembangan, pola perkembangan manusia dihasilkan oleh berbagai hubungan dari beberapa proses, yakni biologis, kognitif, dan perasaan.
Proses biologis seperti makan, minum, tidur dan beraktifitas menghasilkan perubahan pada tubuh seseorang.
Proses biologis yang tidak kalah penting adalah dalam hal genetika yang diwarisi dari orang tua.
Perkembangan otak, pertambahan tinggi dan berat badan, keterampilan motorik, dan perubahan hormon berperan dalam proses biologis dalam perkembangan.
Proses kognitif menggambarkan perubahan dalam pikiran, intelegensi dan dalam hal penyampaian bahasa seseorang. Sedangkan proses perasaan melibatkan perubahan dalam hubungan seseorang dengan orang lain, perubahan
emosional, dan perubahan dalam kepribadian.
Ibarat seorang balita yang tersenyum karena sentuhan ibunya, empati terhadap musibah yang dialami teman atau saudara, dan kecemasan ketika menghadapi ujian kehidupan.
Dalam setiap pembahasan mengenai kesehatan mental, Sehat Jiwa Raga mencoba mengambil teknik pengumpulan data dalam istilah – istilah yang kurang dimengerti masyarakat terkait dengan kesehatan mental.
Kata – kata yang terkumpul dibuat berdasarkan kumpulan abjad tertentu yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan jiwa.
Berikut ini kata kata yang sering muncul dalam berbagai tulisan dan karya ilmiah yang kurang dimengerti masyarakat :
• Defensi :
Proses alam bawah sadar seseorang untuk menghindarkan dirinya dari kecemasan, dipermalukan, tidak percaya diri, dan lain-lain, termasuk bentuk penipuan terhadap diri sendiri.
• Defensif Afirmatif :
Cara mempertahankan keutuhan pribadi melalui pernyataan yang tegas.
• Defensi Kegilaan :
Konsep resmi yang menyatakan bahwa seseorang tidak dapat didakwa atas suatu kejahatan jika terbukti tidak mampu bertanggung jawab atas tindakan kriminal yang dilakukannya, secara hukum tidak dapat diadili karena tindakan kejahatan tersebut dilakukan dalam kondisi tidak waras.
• Defisit :
Gangguan pada fungsi mental dan fisik.
• Defisit Atensi :
Gangguan perkembangan psikologis yang terjadi ketika anak sulit untuk memusatkan perhatian dan cenderung berperilaku impulsif.
• Dehumanisasi :
Perbuatan memperlakukan seseorang sebagai bukan manusia karena merasa takut atau untuk menghilangkan rasa bersalah akibat perilaku agresif.
• Deindividuasi :
Perasaan yang menganggap dirinya tidak akan dikenali dan tidak akan menjadi bagian dari suatu kelompok.
• Deinstitusionalisasi :
Gerakan untuk menempatkan pasien gangguan kejiwaan di rumah atau lingkungan komunitas tertentu daripada menempatkannya di rumah sakit jiwa.
• Dekstrofobia :
Rasa takut terhadap objek yang berada di sebelah kanan.
• Delirium Emosional :
Kondisi rancu yang disebabkan oleh tekanan lingkungan terhadap perasaan batin.
• Delirium Tremens :
Delirium yang diderita oleh pecandu alkohol kronis setelah berhenti mengkonsumsi alkohol.
• Delusi :
1. Pikiran atau pandangan yang tidak berdasar (tidak rasional), biasanya berwujud sifat kemegahan diri atau perasaan dikejar – kejar.
2. Pendapat yang tidak berdasarkan kenyataan.
3. Khayalan.
• Delusi Persekusi :
Delusi yang terjadi ketika penderita merasa dirinya sedang atau akan dianiaya dan meyakini bahwa pelaku penganiayaan berniat untuk menimbulkan kemalangan pada dirinya.
• Delusi Skizofrenia :
Delusi yang menyertai skizofrenia.
• Demensia Prekoks :
Gangguan psikotik yang terjadi karena adanya disosiasi antara fungsi emosi dengan fungsi berpikir.
• Demofobia :
Perasaan khawatir terhadap kerumunan.
• Dendrofilia :
Ketertarikan yang sangat berlebihan terhadap pohon.
• Dentofobia :
Rasa takut terhadap dokter gigi.
• Depresi :
Gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan gejala perasaan yang merosot seperti perasaan sedih, berwajah suram, dan perasaan tertekan.
• Depresi Agitatif :
Kondisi patologis yang ditandai dengan kegelisahan, keresahan hati, ketakutan, kecemasan, delusi mengenai harga diri yang menurun, perasaan tidak berharga, dan perasaan putus asa.
• Depresi Ekstreme :
Rasa sedih yang sangat mendalam.
• Depresi Klinis :
Serangkaian perilaku, pemikiran, dan emosi yang ditandai oleh rasa kesepian, tidak berharga, perfeksionis, cemas, merasa tidak dicintai, dan sebagainya.
• Depresi Manik :
Bentuk dari psikosis atau gangguan jiwa dengan gejala gembira dan sedih silih berganti; kegembiraan dan kesedihan yang berlebihan, tidak sesuai dengan rangsangan yang ada.
• Depresi Maternal :
Gangguan psikis yang terjadi sebelum atau sesaat setelah melahirkan.
• Depresi Pasca Lahir :
Depresi sedang hingga depresi parah pada wanita pasca setelah melahirkan yang biasanya berlangsung selama beberapa bulan hingga kurang lebih setahun.
• Depresi Pasca Persalinan :
Depresi yang biasa terjadi setelah melahirkan karena dipengaruhi faktor hormon yang menurun.
• Depresi Perinatal :
Depresi yang dialami saat hamil atau setelah melahirkan, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, dan kelelahan ekstrim yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
• Depresi Prenatal :
Depresi yang terjadi di masa kehamilan.
• Depresi Tersenyum :
Keadaan seseorang yang mengalami depresi namun tampak puas dan bahagia dengan hidupnya.
• Deprivasi :
Kekurangan atas sesuatu yang dianggap penting bagi kesejahteraan psikologis.
• Deprivasi Maternal :
Kekurangan perhatian, cinta, dan perawatan yang disertai kasih sayang dari ibu atau figur ibu.
• Deprivasi Sosial :
Kondisi ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mendapatkan keuntungan materi yang biasa didapatkannya ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mendapatkan keuntungan materi yang biasa didapatkannya.
• Deprivasi Tidur :
Halusinasi dan kehilangan orientasi pikiran serta perilaku sebagai akibat tidak tidur.
• Dermatofobia :
Perasaan takut, khawatir dan cemas terhadap luka kulit.
• Desensitisasi :
1. Salah satu bentuk terapi perilaku seorang individu dengan cara relaksasi.
2. Penurunan kepekaan yang tidak diinginkan pada salah satu aspek kepribadian.
• Desensitisasi in Vitro :
Terapi perilaku untuk mengurangi sampai menghilangkan rasa takut atau fobia secara bertahap yang dilakukan dalam keadaan sadar, penderita hanya membayangkan sumber fobianya.
• Desensitisasi in Vivo
Terapi perilaku untuk mengurangi sampai menghilangkan rasa takut atau fobia secara bertahap yang dilakukan dalam keadaan sadar, penderita dihadapkan langsung dengan sumber fobianya.
• Desensitisasi Sistematik :
Terapi perilaku untuk mengatasi kecemasan, penderita dikondisikan dalam keadaan rileks pada awalnya tetapi harus membayangkan serangkaian situasi yang makin lama makin menyeramkan, sehingga respons relaksasi dan ketakutan menjadi tidak kompatibel dan rasa takutnya berangsur menghilang.
• Desepsi
Perbuatan menipu atau curang yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan hal yang diinginkan.
• Determinasi Budaya :
Cara berpikir terhadap pengaruh yang dominan muncul dalam perkembangan kepribadian yang lebih banyak disebabkan oleh faktor budaya daripada faktor genetik.
• Devolusi :
Proses ketika sekelompok orang mulai kehilangan kendali, terlalu terbawa situasi yang sedang terjadi, atau tidak mampu menahan diri untuk tidak melakukan tindakan yang dipicu oleh trauma dari penyerangan yang mereka alami.
• Diabetofobia :
Perasaan takut, cemas atau khawatir mengalami penyakit diabetes.
• Diabolisme :
proses pemahaman atas perilaku dan sifat-sifat buruk pada seseorang atau kelompok manusia.
• Diagnosis Diferensial :
Proses membedakan dua penyakit atau abnormalitas yang mirip dengan menemukan suatu gejala kritis yang terdapat hanya pada satu gangguan atau penyakit dan tidak ditemukan pada gangguan lainnya.
• Dialog Internal :
Pembahasan menyangkut hal – hal penting yang dilakukan secara dua arah tanpa dicampuri oleh pihak ketiga.
• Didaskaleinofobia
Rasa takut dan khawatir untuk bersekolah.
• Diferensiasi Usia :
Pembagian peran berkenaan dengan pemberian tugas sesuai usia.
• Dikefobia :
Rasa takut dan cemas akan tidak adanya keadilan.
• Dilema
1. Situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama – sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan.
2. Situasi yang sulit dan membingungkan
• Dilema Moral :
Situasi yang menghadapkan seseorang pada dua pilihan sulit karena pilihan yang satu akan melanggar suatu norma, sedangkan pilihan lain melanggar norma yang lain (seperti buah simalakama), misalnya pilihan yang dihadapi dokter untuk melakukan mengakhiri hidup pasien dengan secara rahasia yang tidak diketahui keluarga pasien.
• Dinofobia :
Rasa khawatir badan terhuyung – huyung atau pusing serasa berputar akibat menaiki alat permainan dan lain sebagainya.
• Diplofobia :
Rasa takut terhadap penglihatan ganda akibat adanya kelainan pada mata.
• Dipsomania :
Penyakit yang ditandai dengan sikap pasien yang tidak mengalami ketergantungan asupan alkohol harian, tetapi disebabkan karena adanya gangguan emosi.
• Disforia :
Depresi hebat yang disertai dengan rasa cemas terhadap sesuatu.
• Disgrafia :
Ketidakmampuan untuk menulis yang disebabkan oleh luka pada otak.
• Dishabilifobia :
Perasaan cemas dan khawatir membuka pakaian di hadapan pasangan hidupnya maupun di depan orang lain.
• Diskomania :
Orang yang sangat senang menghabiskan waktunya dengan kegiatannya di klub diskotik.
• Dismorfia :
Kondisi patologis seseorang yang secara keliru meyakini bahwa ada sesuatu yang salah dengan penampilan atau tubuhnya.
• Dismorfia Otot :
Dismorfia yang membuat seseorang terobsesi memiliki tubuh berotot sehingga mengarah pada kegiatan olahraga berlebihan, terutama olahraga pembentukan tubuh seperti binaraga, penyalahgunaan steroid, atau gangguan makan.
• Dismorfofobia :
Rasa takut dan khawatir seseorang akan mengalami cacat tubuh.
• Disnomia :
Ketidakmampuan seseorang untuk melakukan penghitungan bilangan dengan benar.
• Disorganisasi Perilaku :
Kondisi emosional ekstrem berupa tingkah laku tanpa harmoni, adakalanya menunjukkan relasi-relasi tanpa pengertian dengan kondisi – kondisi lingkungannya, misalnya tertawa histeris ketika mengalami peristiwa kehilangan atau bencana yang tragis.
• Disosiasi :
Mekanisme pertahanan alam bawah sadar yang membantu seseorang melindungi aspek emosional dirinya dari peristiwa traumatis atau menakutkan dengan cara melupakan atau menjauhkan diri dari situasi atau memori yang menyakitkan.
• Disparitas Binokular :
Perbedaan dalam melihat benda yang sama oleh mata yang sangat berguna untuk mengenali dimensi kedalaman penglihatan.
• Distikifobia :
Perasaan takut dan khawatir akan mengalami kecelakaan.
• Distorsi Menghindar :
Kecenderungan mengalatasi masalah dengan cara menghindar dari masalah tersebut.
• Distres Personal :
reaksi emosional berupa permusuhan dan pemfokusan pada diri sendiri (misalnya kecemasan, kekhawatiran, rasa tidak nyaman) dalam menghindari atau menanggapi kondisi atau keadaan emosi orang lain, sering terjadi akibat penularan emosional ketika ada kebingungan antara diri dengan yang lain.
• Distribusi Bimodal :
Distribusi frekuensi yang memiliki dua modus.
• Doksofobia :
Rasa takut dan khawatir mengemukakan pendapat atau rasa khawatir mendapatkan pujian dari orang lain.
• Domatofobia :
Rasa khawatir berada di dalam rumah.
• Dominatriks :
Perempuan yang mendominasi pasangannya secara fisik dan psikis dalam hubungan seks dengan nafsu yang sangat kuat.
• Dromomania :
Penyakit yang ditandai dengan keinginan yang tak terkendali untuk berpergian ke suatu tempat.
• Dukacita Kematian :
Kepedihan yang sangat mendalam atau rasa kehilangan yang diakibatkan oleh karena meninggalnya seseorang yang dicintai.
• Dukungan Sosial :
Tindakan berupa bantuan, penghargaan, dan perhatian serta doa yang diterima oleh seseorang sehingga orang tersebut nyaman berada di dalam masyarakat.