Penyakit Alzheimer Dan Faktor Resikonya

Apa Itu Penyakit Alzheimer

 

Untuk bisa mengenal penyakit Alzheimer dan Demensia maka haruslah terlebih dahulu mengerti apa itu Alzheimer dan apa itu Demensia agar dapat membedakan mana yang demensia alzheimer dan mana yang demensia biasa. Karena alzheimer dan demensia memiliki ciri khas yang sama yaitu adanya kehilangan fungsi intelektual seseorang seperti mengingat, mempertimbangkan dan bertindak secara logika. Sehingga ada pengelompokan jenis demensia dengan menggunakan kata demensia alzheimer.

Penyakit alzheimer adalah penyakit kelainan otak yang bersifat tidak dapat berubah namun progresif pada perubahan sel – sel saraf yang menyebabkan kematian pada sel otak. Oleh karena itu penyakit alzheimer biasanya terjadi secara bertahap dan bukan bagian proses penuaan secara normal.

Wanita dewasa tua merupakan gender yang paling beresiko mengalami penyakit alzheimer terutama wanita lanjut usia di atas 75 tahun.

Penyakit Alzheimer merupakan penyebab menurunnya fungsi mental yang normal yang disertai penurunan daya ingat
Alzheimer adalah penyakit otak yang hingga kini masih belum jelas penyebabnya dan tidak bisa disembuhkan. Pada penyakit ini terjadi kerusakan sel – sel otak pada bagian tertentu, sehingga membuat penderitanya mengalami perubahan hantaran saraf ( kemungkinan karena kekurangan zat penghantar rangsang saraf ). Kerja saraf menjadi kacau, serta didapatkan tumpukan protein ( plak ) di otak.

Bagian otak yang bertanggung jawab terhadap memori dan respons emosional terganggu. Diperkirakan penyakit Alzheimer ini ada kaitannya dengan susunan genetik, atau karena faktor radikal bebas ( molekul oksigen yang berdaya rusak tinggi ) yang terdapat dalam polusi udara, pestisida berbahaya yang terkontaminasi masuk ke dalam tubuh kita.

 

GEJALA PENYAKIT ALZHEIMER

 

Gejala penyakit alzheimer awalnya sangat halus, misalnya saja lupa pada hal – hal mendetail tentang suatu hal ( terutama peristiwa yang baru saja terjadi ), atau bertanya dan bertanya lagi hal – hal yang sudah dan baru saja dijelaskan. Pada tingkat lebih lanjut, penderita bawaannya mudah curiga atau marah – marah tanpa alasan yang jelas. Pada akhirnya, untuk hal yang sederhana saja seperti mengingat salah seorang cucunya, anaknya atau pasangannya saja pun sudah tidak bisa. Bila sudah melihat gejala awal ini, sebaiknya secepatnya kita melengkapi diri dengan sebanyak mungkin informasi mengenai hal ini dan susunlah rencana masa depan untuk orang yang kita cintai. Keluarga pasien perlu melakukan pendekatan perilaku untuk mengatasi penyebab dari keluhan serta meneliti hubungan penyakit alzheimer yang terjadi dengan pengalaman hidup pasien.

Gejala penyakit Alzheimer berkembang secara bertahap, dengan tanda awal yang sering kali tidak terlalu mencolok. Beberapa gejala awal yang umum ditemukan pada penderita Alzheimer meliputi:

Kehilangan Memori: Penderita sering lupa informasi baru dan mengalami kesulitan mengingat peristiwa atau percakapan.

Gejala penyakit alzheimer yang mengalami kehilangan memori ditandai dengan adanya pikun atau kelainan tingkah laku dan banyak lupa.

Gejala penyakit alzheimer dengan kondisi pikul dan hilang memori pada penderita alzheimer biasanya mengalami gangguan berbicara, tidak mengetahui keberadaannya baik dalam hal tempat maupun dalam hal waktu. Bahkan kehilangan memori diperparah dengan gejala alzheimer tidak mengenal identitas diri sendiri.

Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan: Kesulitan dalam merencanakan atau menyelesaikan tugas sehari-hari, seperti membayar tagihan atau mengikuti rutinitas tertentu.

Perubahan Kepribadian dan Perilaku: Penderita bisa menjadi lebih mudah marah, cemas, atau tertekan.

Kesulitan dalam Berkomunikasi: Penderita sering kesulitan menemukan kata-kata yang tepat dalam percakapan atau mengulang-ulang kalimat yang sama.

Kehilangan Orientasi: Kesulitan mengenali tempat atau waktu, atau tersesat di tempat yang sudah dikenal.

Seiring berkembangnya penyakit, gejala-gejala ini menjadi lebih parah dan bisa mengganggu kemampuan penderita untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengidap Alzheimer antara lain:

Usia: Usia lebih tua adalah faktor risiko terbesar. Umur lanjut usia dengan usia 60 tahun ke atas merupakan usia yang paling beresiko mengalami penyakit alzheimer.

Riwayat Keluarga: Memiliki anggota keluarga yang menderita Alzheimer dapat meningkatkan risiko.

Genetika: Adanya mutasi pada gen tertentu, seperti gen APOE-e4, dapat meningkatkan risiko.

Kondisi Kesehatan Tertentu: Penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan obesitas dapat meningkatkan risiko terkena Alzheimer.

Kurangnya Aktivitas Mental dan Fisik: Gaya hidup yang tidak aktif dapat berperan dalam peningkatan risiko Alzheimer.

 

Perbedaan Penyakit Alzheimer Dan Demensia

 

Sebenarnya demensia bukanlah nama penyakit, melainkan penyebutan gejala yang ditimbulkan dari suatu penyakit.

Sehingga dapat dikatakan demensia adalah salah satu gejala yang ditimbulkan dari penyakit Alzheimer.

Demensia merupakan suatu gejala akibat penyakit otak yang bersifat kronis seperti penyakit Alzheimer.

Namun penyakit Alzheimer bukan berarti sama dengan demensia, karena ada banyak klasifikasi gejala demensia.

Klasifikasi demensia antara lain :

  • Demensia pada Alzheimer

  • Demensia Vaskular

  • Demensia pada penyakit Creufield Jacob

  • Demensia pada penyakit Sapi Gila

  • Demensia pada penyakit HIV / AIDS

  • Demensia pada penyakit Parkinson

 

Oleh Karena itu perlu ditegakkan diagnosa spesifik dalam hal perbedaan demensia dan Alzheimer agar dokter dapat menindaklanjuti farmakologi dengan pemberian obat Alzheimer.

Penyakit Alzheimer adalah bentuk paling umum dari demensia, sejenis gangguan otak yang menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, seperti daya ingat, pemikiran, dan perilaku. Penyakit ini biasanya berkembang secara perlahan dan memburuk seiring waktu, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya serta orang-orang di sekitarnya.

Diagnosis Alzheimer dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan medis. Dokter akan menilai gejala klinis, riwayat kesehatan tubuh pasien, serta melakukan tes kognitif untuk menilai ingatan dan fungsi otak lainnya. Dalam beberapa kasus, pencitraan otak seperti CT scan atau MRI dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan fisik pada otak yang terkait dengan Alzheimer. Pemeriksaan genetik juga mungkin dilakukan jika ada riwayat keluarga dengan penyakit ini.

 

 

FAKTOR RESIKO DAN PENYEBAB PENYAKIT ALZHEIMER

Penyebab Alzheimer belum sepenuhnya diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini. Faktor utama yang dianggap berperan adalah penumpukan dua jenis protein abnormal di otak, yaitu beta-amiloid dan tau.

Beta-amiloid membentuk plak yang mengganggu komunikasi antara sel-sel otak.

Tau membentuk kekusutan (tangles) dalam sel otak yang mengganggu proses metabolisme sel.

Walaupun penyebab Alzheimer belum diketahui secara pasti, namun para tenaga medis dunia telah mengidentifikasikan beberapa faktor resiko atau penyebab Alzheimer, antara lain :

Pertama, faktor genetika yang memicu munculnya penyakit Alzheimer berdasarkan temuan endapan protein prekursor amiloid yang ditemukan dalam otak dan di pembuluh darah otak pasien Alzheimer. Mutasi dua gen lain yang terletak di kromosom 14 dan kromosom 1 berperan sebagai pemicu gejala dini alzheimer.

Selain faktor-faktor genetik, faktor usia juga menjadi penyebab utama. Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang berusia 65 tahun ke atas, meskipun ada juga kasus yang muncul pada usia lebih muda, yang dikenal dengan early-onset Alzheimer.

Kedua, kelainan sitoskeleton atau serat yang terdapat pada sitoplasma sel merupakan gambaran yang sering ditemukan pada pasien Alzheimer.

Ketiga, Alzheimer disebabkan oleh pembentukan plak plak di otak orang yuang lanjut usia yang tidak demensia, namun ini belum mencerminkan fase preklinik penyebab Alzheimer.

 

mengenal penyakit alzheimer dan faktor resiko

 

 

CARA MENGATASI

 

  • Tanpa Obat

Cara mencegah Alzheimer tanpa obat dapat dilakukan dengan menghindari situasi yang dapat memicu kecemasan dan stress tingkat tinggi yang dapat berpotensi memperburuk kondisi jiwa.

Zat antioksidan yang berguna untuk mengurangi daya rusak radikal bebas mungkin dapat membantu seperti Coenzyme 9-10 dalam dosis 50 mg 2x sehari, Coenzyme adalah salah satu ramuan antioksidan yang dapat dicoba. Ginko biloba yang telah banyak diteliti, bila diberikan beberapa lama, dengan dosis 240 mg/per hari, kemungkinan bisa memperlambat laju penyakit ini bila masih dini.
Perlu adanya strategi terapi non farmakologi untuk menangani perubahan kondisi tubuh dengan melakukan pendekatan perilaku pasien.

Obat bebas yang anjurkan mengandung vitamin – vitamin nerotropik ( vitamin B1, B2 dan B12 ) dan vitamin – vitamin antioksidan ( vitamin E, betakaroten, vitamin C ) dapat diberikan di samping makanan yang baik untuk menjaga kondisi kejiwaan dapat membaik.

 

  •  Obat / Tindakan Dokter

Baca Selengkapnya